top of page

Eyang

  • Writer: Danti Irawati
    Danti Irawati
  • Dec 21, 2020
  • 2 min read

Updated: Dec 22, 2020

Surabaya mendung seharian, tapi langit belum mau memuntahkan beban beratnya.

Sabtu pagi itu, kami bersepeda keliling kota, tak berniat terlalu jauh. namun di tengah perjalanan, sepeda mas Ady mendadak berbunyi cukup nyaring saat rem ditekan, sehingga kami harus melipir sebentar ke salah satu toko sepeda yang buka.


Ternyata sepeda harus rawat inap.


"mas, kita pulang naik angkutan online aja ya" tanyaku, kutengok daya di HP-ku hanya tinggal satu persen.

"pakai aplikasi di HP-mu aja ya mas"

"oke, pakai Grab ya" jawabnya.


Hal yang kami risaukan di tengah pandemi ini saat akan naik transportasi online adalah, apakah protokol kesehatan akan diterapkan dengan baik, apakah sang driver akan memakai masker dengan benar, mengingat kami akan berada di ruangan tertutup, ber-AC, tanpa sirkulasi udara yang baik dalam waktu yang tidak sebentar.


"mas, nanti klo drivernya pakai maskernya gak benar, kita buka aja jendelanya ya"


mobilpun datang, pintu dibuka, tampak seorang bapak menyapa kami dengan ramah.


"atas nama pak Ady?" memastikan orang yang memesan jasanya.


Kami masuk ke dalam mobil, segala kekhawatiran kami sirna. Bapak driver memakai masker medis lengkap dengan face shield, namun bukan itu saja yang membuatku sedikit terkejut.

Usianya yang tak lagi muda, melihat seluruh rambutnya yg memutih ku yakin usianya sudah lebih dari 65 tahun, gerakan menyetirnya pun sudah sangat menurun refleksnya.

kami melaju perlahan, menembus keramaian surabaya di sabtu pagi.

kami mengobrol ringan tentang sepeda, karena dari pakaian yg kami gunakan pasti bapak itu tau kami baru saja bersepeda.


"iya ya, sekarang banyak orang bersepeda"

"bapak, juga sepedaan kah?" karena dari obrolan kami, tampak bapak itu tau banyak tentang sepeda, tentang gerai sepeda yang baru buka, yang selalu ramai di tengah kota.


"iya mbak, tapi dulu saat masih muda. sepeda sy dulu Phoenix. saya dulu tinggal di Probolinnggo. ya dulu pakai sepeda itu sudah cepat sekali rasanya, tapi kalau dibandingin sepeda-sepeda sekarang ya pasti kalah" ketawa terkekeh


mungkin aku harus memanggilnya eyang. ya usianya sudah pantas dipanggil eyang.


sebenarnya ada satu pertanyaan yang sedari tadi ingin kutanyakan,kenapa di usia senjanya, dia masih bekerja, menjadi driver transportasi online. bahkan dari obrolan kami-pun, bapak ini memiliki wawasan yang luas, seorang yang cerdas.


kuurungkan niatku. sudah kutemukan sendiri jawabannya di kalbuku.

Pandemi yg sudah berlangsung 8 bulan, belum kelihatan ujung akhirnya. sudah membuat juga porak poranda ekonomi tak hanya Indonesia, bahkan Dunia. banyak usaha gulung tikar, orang menjadi pengangguran, tak perlu malu lagi utk bisa bertahan.


"terima kasih pak, stay safe ya pak" beranjak keluar dari mobil

"sama-sama mbak, doa yang sama ya buat mbak sekeluarga" dengan logat khas tionghoa.


Semua kejadian datang atas ijinNYA, everything happens for a reason. tak perlu dipungkiri lagi, makna tersembunyi yg ingin Dia hadirkan di hidupku.

bersyukurlah, Maka nikmat Tuhan manakah yg kau dustakan.





Surabaya, 28 November 2020

ree

Recent Posts

See All

Comments


Post: Blog2_Post

©2020 by pagidanbuku. Proudly created with Wix.com

bottom of page