RAKA
- Danti Irawati
- Dec 21, 2020
- 2 min read
"Raka ayo mandi nak "
sebuah suara berat memanggil dari arah dapur,
"Iya Uti "
Tampak anak kecil yang sedang bermain mobil berbentuk ambulans. Diletakkannya mainan, berjalan ke arah suara yang memanggilnya.
Berjalan perlahan, melewati ruang tengah, langkahnya mendadak terhenti, pandangannya tertuju pada sebuah foto berbingkai coklat. Lekat dipandangnya foto di hadapannya.
........
Ingatan Raka kelabu akan hari-hari itu.
Raka masih ingat ketika Ibu demam, kemudian diikuti beberapa hari sesudahnya Ayah yang demam badannya.
Raka masih ingat saat ada teman Ayah yang menelpon untuk membawa Ayah ke Rumah Sakit, tapi Ayah bilang ingin menjaga Ibu.
Raka masih ingat terakhir kali Ayah pamitan ingin ke Rumah Sakit. Ya Raka tau Ayah adalah seorang dokter. Dokter yang mengobati orang yang sakit.
"Nak, Ayah harus berangkat ke Rumah Sakit, kamu sehat terus ya nak". Suara Ayah terdengar payah, untuk mengucap kalimat sependek itu beberapa kali Ayah harus mengambil napas panjang.
Raka masih ingat mengantar Ayah dan Ibunya pergi dari balik jendela, tak berkedip menatap mobil hitam yang mengantar mereka hingga hilang dari pandangan.
Raka ingin menghapus ingatan tentang hari-hari itu. Hari dimana seluruh keluarga besarnya memeluknya, mengatakan "Sabar ya nak"
" Ibumu wis dijaga Gusti Allah"
Dan esok harinya, kembali hal yang sama dilakukan keluarganya, namun kali ini mereka tak berucap apa-apa, hanya isakan tangis dan pelukan yang semakin erat ke arahnya.
"Nak, Ayah Ibumu sudah bahagia di Surga"
Raka tak tau apa itu Surga.
Yang Raka tau semenjak hari itu, Raka tak bisa lagi melihat senyuman Ibu.
Tak ada lagi Ibu yang menemaninya saat mengerjakan PR.
Raka masih tak paham tentang hari-hari itu.
Tapi semenjak hari itu Raka sudah tidak bisa bermain bersama Ayah lagi.
Tak ada lagi pelukan Ayah setiap Raka akan pergi tidur.
.......
Tampak anak kecil masih berdiri, terdiam di depan sebuah foto.
Hampir berbisik, dia berkata , 'Ayah.. Ibu .., Raka kangen'
Danti,
Surabaya, 4 September 2020
................
Seperti yang diceritakan oleh sahabat salah satu dokter yang gugur di tengah Pandemi.
Nama yang ditampilkan bukan yang sebenarnya, dan detail cerita telah diubah.






Comments