top of page

100

  • Writer: Danti Irawati
    Danti Irawati
  • Dec 21, 2020
  • 2 min read

"Betapa hatiku tak kan pilu, telah gugur pahlawanku, betapa hatiku tak akan sedih, hamba ditinggal sendiri, siapakah kini pelipur lara, nan setia dan perwira, siapakah kini, pahlawan hati pembela bangsa sejati, Telah gugur pahlawanku, tunai sudah janji bakti"


Kuamati satu persatu wajah yang hadir dalam acara doa bersama dan hening cipta untuk keselamatan negeri. Ya, 100 dokter telah gugur di tengah Pandemi. Mencoba mengenali rasa yang hadir menghinggapi diri sedari tadi. Kualihkan pandangan ke raut wajah-wajah yang hadir malam ini, berharap mendapat jawaban. Saat tak ada yang mengerti akhir untaian perjalanan manusia.

Gelisah, gusar, kesedihan tak dapat disembunyikan dari balik wajah yang hadir malam ini.

Lantunan doa indah terdengar. Menunduk, menengadahkan tangan, berusaha mengetuk pintu rahmatNYA untuk mengangkat beban berat dari pundak kami.


.........


Seorang Ibu masih terdiam lama di gelap malam, sajadah di hadapannya sudah basah. Tepat sebulan yang lalu, anak lelaki satu-satunya lebih dahulu dipanggil sang Pencipta. Masih terngiang jelas di ingatannya saat pertama kali mendengar tangisan buah hatinya, menggendong badan mungilnya, membisikkan kata untuk jadi pembela agama dan bangsa. Setiap gurat di tangannya seakan mengingatkan akan kasih sayang tanpa pamrih. Tangan yang selalu menggenggam buah hatinya dari tertatih, hingga dapat berlari, mengarungi segala hal dalam kehidupan.

Anak yang selalu mengisi doa-doa panjangnya. Doa yang tak pernah lepas mengiringi langkah anaknya hingga menjadikannya seorang dokter Spesialis. Tak dapat lagi disembunyikannya rasa pilu di hatinya. Namun kali ini tak ada lagi air mata yang jatuh memburu.

Pandangannya menerawang, layaknya dapat menembus atap, terarah tajam menuju langit. Bulir-bulir kepedihan sedari tadi sudah diungkapkannya. Kepada pemilik takdir diceritakannya seluruh rasa, seolah bertemu kawan lama. Tak ada lagi yang disembunyikannya.

Sudah dia pasrahkan.

Sudah dia serahkan.

Kepada satu-satunya tempat bergantung.

Saat tak ada tabir penghalang antara doanya dan Sang Penguasa semesta.




Bukanlah sekedar angka, ketika ada jiwa yang dirindukan.

ree

Recent Posts

See All

Comments


Post: Blog2_Post

©2020 by pagidanbuku. Proudly created with Wix.com

bottom of page