Memilih genre buku
- Danti Irawati
- Dec 23, 2020
- 3 min read
Bagaimana saya memilih genre buku?,
Apakah dengan membaca nonfiction membuat pembacanya lebih pintar dibandingkan dengan membaca buku fiction?
Tahun 2018 saat saya sedang ambil glaucoma fellowship selama tiga bulan di Perth,Australia, saya ingat betul setiap kali pergi ke toko buku, saya pasti lebih memilih jenis buku fiction. Buku-buku dari Liane Moriarty, buku dari Sarah Schmidt, See What I Have Done, dan masih banyak buku fiction lainnya, mulai dari kisah romatis, hingga kisah pembunuhan, tapi yang pasti bukan kisah horror, karena bisa dipastikan akan ada 'after effect'nya yang membuat saya tidak suka, jadi takut ke kamar mandi sendirian, bolak balik nengok ke belakang saat jalan di lorong, dan lampu kamar tidur yang pasti tidak dimatikan saaat tidur :(.
Saat tinggal di Perth, hasrat saya akan buku benar-benar terpuaskan, surga buat pecinta buku, banyak toko buku bertebaran di pusat kota hingga pinggiran, kalau lagi gak punya budget buat beli buku baru, tinggal ke toko buku bekas, gak kalah lengkap juga koleksinya dan jangan tanya harga, seperti langit dan bumi. Namun sayangnya sebagian besar buku fiction yang saya kumpulkan saat disana harus saya tinggalkan karena bagasi overload. Saya ingat betul meninggalkan beberapa tumpuk buku di tempat donasi buku di salah satu rumah sakit, buku yang akan diperuntukkan buat dibaca pasien-pasien atau penunggunya selama di RS. atau kalau benar-benar lagi tanggal super duper tua, bisa ke Perth Library
dengan pilihan buku beragam, tempat yang nyaman, ruangan ber-AC, rasanya bisa ngekost disitu :D


Hmm, mungkin akan saya tuliskan kisah buku dan Perth ini di satu postingan tersendiri ya, kayaknya seru!
Buku yang masih lekat di ingatan saya saat itu adalah tiga buku dari Kevin Kwan , Crazy Rich Asians, China Rich Girlfriend, dan Rich People Problem. Saking cintanya dengan buku itu, hingga saat buku itu diangkat ke layar lebar, saya menontonnya seorang diri di bioskop Perth, bahkan sampai dua kali!
Tapi walaupun dulu pernah cinta mati, saat Kevin Kwan ngeluarin buku baru di tahun ini, Sex and Vanity, saya belum tertarik untuk membacanya. Kenapa?
Karena pilihan buku saya menjadi berubah di tahun 2020 ini, sekarang saya lebih senang dengan buku nonfiction, buku yang bisa dibilang "Life Changing Books". Buku yang berisi great tips and principles, which have the abitily to change your life kinda books.
Ada lima buku fav saya yang saya baca berulangkali, jangan tanya berapa banyak post it yang saya tempelkan di masing-masing halaman buku itu, post it warna warni itu menjadi saksi kecintaan saya terhadap buku tersebut, kecuali kalau saat anak saya Tama melihatnya dan dengan tangan kecilnya yang penasaran mulai melepaskannya satu persatu hehe..
Sekarang saya mulai tertarik membaca buku biography, currently reading 'A promise Land' by Barrack Obama, dan ada dua buku di list buku saya berikutnya yaitu 'Shoe Dog' dari Phil Knight dan 'The Right of a Lifetime' by Robert Iger, mantan CEO Disney.
Apapun pilihan bukunya, sebetulnya tidak masalah, karena masing-masing buku membuka pandangan baru ke pikiran kita yang terkotak ini. Menyelami untaian kata yang tertuang, imajinasi tak terkukung dari penulisnya membuat kita tak berada sementara di dunia kita dan pastinya menambah wawasan tersendiri bagi kita.
Yang pasti buat saya, ada satu hal yang gak berubah, saya akan tau jika buku itu akan menjadi bagian dari buku rekomendasi adalah saat saya gak berhenti untuk membacanya hingga halaman terakhir di satu waktu, seperti meneguk sebuah minuman dingin di teriknya padang pasir, ingin cepat-cepat menghabiskannya untuk menghilangkan dahaga.
Jadi apapun pilihan bukumu, mulailah dari tiap lembarannya hingga kau bisa puaskan dahagamu!
Happy Reading :)


Comments